Opini

Apakah Anda Atau Aku Seorang Penjilat

2168
×

Apakah Anda Atau Aku Seorang Penjilat

Sebarkan artikel ini

Menurut kamur besar bahasa indoesia(KBBI), Penjilat adalah “ Orang yang suka berbuat sesuatu untuk mencari muka (supaya mendapat pujian). Dalam artian untuk menjadi sebuah perhatian dia selalu berupaya mencari muka agar mendapat pujian.

Dalam artian kalimat Menjilat-jilat adalah Berkali-kali berusaha (berbuat) untuk mendapat pujian (dinaikkan pangkatnya, atau ingin menjadi orang kepercayaan atau lain sebagainya) mengambil-ambil hati atasan, agar selalu dianggap orang penting dan selalu merasa menjadi orang yang dibutuhkan oleh atasan.

Sementara dewasa ini ada sebuah istilah lagi lahir di tengah masyarakat yaitu istilah menjilat pantat” artinya juga hampir sama dengan yang sudah kita bahas diatas tadi yaitu berbuat sesuatu supaya mendapat pujian dari atasan guna mendapatkan sebuah power dari seorang atasan.

Berdasarkan makna istilah diatas, maka menjilat dan penjilat merupakan perbuatan kemunafikan dan kelicikan, sebab melakukan sesuatu dengan motif hanya untuk menyenangkan atasan, pimpinan tanpa jelas dasar apa yang disampaikan, benar maupun tidak yang penting seorang atasan menjadi senang mendengarkannya.

Dalam dunia ini hanya manusialah mahluk yang mampu melakukan itu. Ada juga memang binatang yang senang menjilat contohnya seperti binatang anjing dan kucing, dua binatang lucu ini senang menjilat tangan atau kaki majikannya karena ingin mengabdi kepada tuannya. Namun manusia mampu menjadi penjilat demi mengejar sesuatu, alangkah sedih dan rendahnya ia bila melakukan hal yang sama seperti kedua hewan diatas.

Untuk menjadi seorang penjilat tidak ada batasan, semua orang bisa menjadi penjilat tidak mengenal batasan usia dan pekerjaan yang sedang ia lakukan atau lakoni.

Mahluk yang bernama penjilat itu tentu saja manusia biasa. Bahkan bisa saja mereka dekat sekali dengan kita. Mereka hidup berkeliaran di antara kita bisa sebagai teman, rekan organisasi atau dalam bentuk apapun, karena sasaran mereka hanya dengan atasan kita. Sebagai sasaran yang akan dia jilati dengan lidahnya yang manis.

Baca juga Artikel ini  Dalam Kontestasi Demokrasi, Pemenang Belum Tentu Yang Terbaik

Bisa dipastikan mahluk-mahluk jenis ini selalu hadir di setiap komunitas dan di sebuah organisasi, terutama Organisasi yang di dalamnya banyak menjanjikan kenikmatan uang dan jabatan. Apalagi seorang pimpinan akan lebih loyal lagi bila di jilat.

Uniknya, mahluk tersebut bisa berwujud wanita bisa juga pria. Mereka mudah dikenali, karena biasanya seorang penjilat bukanlah orang yang berkepribadian luwes (lantip), tapi individu yang bertingkah laku vulgar sampai kepada demonstratif memproklamirkan diri sebagai orang terdekat atasannya, tak peduli pada image negatif dia di mata orang lain, yang terpenting baginya akulah sang penakluk, akulah sang pengontrol.

Seorang penjilat tidak memiliki prinsip kebenaran yang teguh dalam hidupnya.
Orang-orang seperti ini dapat saja berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang menguntungkan dirinya. Seorang penjilat cenderung akan mengorbankan harga diri dan menjual kebenaran demi keuntungan sesaat. Walaupun banyak orang yang membecinya bagi dia bukan sebuah soal, yang terpenting baginya hasratku tersampaikan.

Seorang penjilat adalah seorang yang Ambisius dan oportunis.
Dia bekerja bukan semata-mata menjalankan tugas sebaik-baiknya atas nama kewajiban, tapi di balik semua itu tersimpan segudang niat dan rencana buruk. Yang suatu saat akan menghancurkan orang yang ia jilat.

Dia bekerja demi pujian semata, uang semata, jabatan semata, atau peningkatan karier semata. Mumpung ada kesempatan. Hajar saja persetan orang susah yang penting ia asik.

Segala macam cara akan dia tempuh demi mendapatkan semuanya, tak peduli ihtiar dia dalam rangka mewujudkan keinginannya itu dibenarkan atau tidak, melanggar norma atau tidak, halal atau tidak. Yang penting baginya misi harus berhasil dan seorang korban adalah sebuah kepuasan baginya.

Demi kesuksesannya dia beranggapan bahwa kolega bukanlah teman seperjuangan, kolega adalah saingan.
Teman-teman yang memiliki kemampuan atau berpotensi melebihi dirinya dianggap rival terberatnya. Untuk itu seorang penjilat akan mengeluarkan jurus sikut kiri sikut kanan, tendang depan tendang belakang. Baginya bukan sebuah keberhasilan yang diharapkan melainkan materi dan pujian semata.

Baca juga Artikel ini  Benang Kusut Politik Uang 

Seorang penjilat adalah seorang yang rajin membuat laporan buruk tentang sikap dan pekerjaan teman-temannya kepada atasan, sedikit bahasa yang didengar bisa sepanjang jalan kenangan yang disampaikan.
Apakah sesuai fakta atau hanya rekayasa belaka, dengan harapan atasannya akan beranggapan dan berkesimpulan bahwa diri si pelaporlah bawahan yang paling baik, paling berpotensi, paling qualified, paling bisa diandalkan di bidangnya, serta tak diragukan lagi loyalitasnya terhadap pimpinan.

Seorang penjilat juga wujud dari seekor bunglon.
Di hadapan teman-temannya dia sangat suka berpura-pura, pura-pura berbaur, pura-pura menawarkan diri menjadi sahabat terbaik siapa saja, pura-pura yang paling perhatian. Tapi di hadapan atasannya akan lain lagi ceritanya.

Kehilangan kedekatan dengan atasan dan kehilangan jabatan buat seorang penjilat adalah musibah.Oleh karena itu sebelum musibah itu menimpanya, dia akan sekuat tenaga mencapai keinginan dan mempertahankan apa yang sudah diraihnya sampai titik darah penghabisan.

Tak peduli usahanya itu berdampak merugikan orang lain. Seorang penjilat berprinsip persetan dengan hak dan kepentingan orang lain. Hak dan kepentingan dirinyalah yang diutamakan, itu adalah sebuah misi yang harus dimenangkan.

Aneh nya lagi makhluk jenis ini tak pernah merasa menang ataupun puas walaupun misinya berhasil.
Bila target yang ingin dia capai dalam hidupnya diibaratkan abjad, maka setelah mendapatkan huruf A dia ingin segera mendapatkan huruf B, C, D, dan seterusnya.

Bahkan bila dia telah mencapai huruf Z pun (huruf latin terakhir) dia masih ingin menggapai A׳ (A aksen) dan seterusnya. Seakan-akan dunia yang kita huni ini tak akan pernah berakhir. Seolah-olah hidupnya ini akan abadi.

Baca juga Artikel ini  Dalam Kontestasi Demokrasi, Pemenang Belum Tentu Yang Terbaik

Seorang penjilat akan merasa aman dan hidup makmur bila atasan yang dia jilati berkepribadian sesuai dengan harapannya. Seorang penjilat akan merasa berada di atas angin bila pimpinan tempat di mana dia bekerja (bernaung) ternyata juga sama-sama dari golongan bunglon dan satu karakter dengannya: ambisius dan oportunis.

Bila begitu keadaannya akan ada hubungan simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Si atasan memanfaakan dia sebagai tamengnya untuk berbuat semena-mena dalam menduduki kursi kepemimpinannya,

Sipenjilat juga memanfaatkan atasannya untuk memuluskan jalannya dalam meniti karier menuju jabatan yang lebih tinggi dan mempertahankannya agar tidak jatuh ke tangan orang lain.

Tapi seorang penjilat akan mati kutu bila atasannya bukan sembarang atasan, tapi manusia idealis yang memiliki prinsip.
Lidah seorang penjilat akan tumpul tak bertuah di hadapan pemimpin yang jujur, amanah, bertanggung jawab, adil, dan bijaksana.

Seorang penjilat akan rontok harga dirinya di mata seorang pemimpin yang lebih percaya pada prestasi bawahannya dari pada percaya terhadap laporan-laporan rutin tanpa bukti dari seseorang. Seorang pemimpin melihat kinerja bukan sebuah ocehan.

Seorang penjilat akan tersingkir sampai kepada frustrasi karena pemimpin yang berjiwa besar, hal itu akan menjadi sebuah kefrustasian bagi dirinya, bila ia menemukan seorang pemimpin yang bijaksana dan berwawasan.

Diakhir tulisan, penulis berharap semoga tulisan ini menjadi termotivasi bagi penilis sendiri untuk menjadi seorang yang bila mendapatkan sesuatu, buah dari kerja keras dan kerja nyata, bukan sebuab hasil dari cara menghancurkan rekan se tim hanya untuk sebuah jabatan apalagi hanya sebuah pujian.

Penulis berprofesi sebagai jurnalis dan aktivis. Saat ini sedang melanjutkan pendidikan Ilmu Hukum ekonomi.