Oleh : Said Machdy Sahab
1kabar.com
Menerima kekalahan dalam pemilu sebagai konsekuensi demokrasi adalah wujud kedewasaan politik dan kesadaran akan pentingnya nasionalisme. Pemilu bukan hanya soal menang atau kalah, tetapi juga bagian dari proses menjaga keutuhan bangsa dan menghormati pilihan rakyat.
Ketika seorang kandidat atau pendukungnya mampu menerima hasil dengan lapang dada, hal itu menunjukkan komitmen untuk mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Nasionalisme sejati tercermin dalam sikap yang mendukung stabilitas, persatuan, dan penghormatan terhadap proses demokrasi, meskipun hasilnya mungkin tidak sesuai harapan.
Sikap ini juga memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap sistem demokrasi yang sehat, sekaligus menjadi contoh teladan bagi generasi mendatang tentang bagaimana menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Demi menjaga eksistensi di ruang politik menjadi oposisi adalah cara yang terbaik
Menjadi oposisi adalah bagian yang tak terpisahkan dari sistem demokrasi yang sehat. Oposisi memiliki peran strategis dalam menjaga keseimbangan kekuasaan, mengawasi pemerintah, dan memastikan kebijakan yang diambil tetap berpihak pada kepentingan rakyat. Dengan menjadi oposisi, eksistensi di ruang politik tetap terjaga, sekaligus memberikan ruang untuk memperjuangkan visi dan aspirasi yang diusung.
Oposisi yang konstruktif bukan berarti hanya menentang, tetapi juga memberikan kritik yang membangun, solusi alternatif, dan tetap berpegang pada etika politik. Dalam konteks menjaga eksistensi, oposisi dapat menjadi wadah untuk terus membangun basis dukungan, memperkuat struktur internal partai, dan menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi.
Dengan memainkan peran ini secara bertanggung jawab, oposisi tidak hanya menjaga relevansi di ruang politik tetapi juga berkontribusi pada kemajuan bangsa dengan memastikan bahwa suara-suara alternatif tetap didengar.