Opini

Pengkhianatan Pencifta Konflik

360
×

Pengkhianatan Pencifta Konflik

Sebarkan artikel ini

1kabar.com

Pengkhianatan adalah bentuk pemutusan, perusakan, atau pelanggaran terhadap suatu kontrak praduga, persetujuan, kerja sama, kepercayaan, atau keyakinan, yang menciptakan konflik secara moral dan psikologis dalam hubungan antarindividu, antarorganisasi, atau antara individu dan organisasi.

Sering kali pengkhianatan dapat berupa tindakan untuk mendukung kelompok musuh atau saingan, atau juga berupa bentuk pemutusan hubungan kerja sama secara penuh dengan mengabaikan aturan atau norma yang sebelumnya diputuskan atau disepakati bersama.

Seseorang yang mengkhianati orang lain disebut pengkhianat. Dan hal ini sangat lazim terjadi dalam sebuah perjalanan, baik perjuangan maupun dalam sebuah organisasi.

Baca juga Artikel ini  Mengukur Kedewasaan Seseorang Itu Tak Cukup Dilihat dari Usianya Saja

Hal ini lazim terjadi, dan banyak faktor penyebab terjadinya pengkhiatan, seperti hilangnya sebuah jabatan yang tergantikan orang lain, merasa tidak senang akan keberhasilan seseorang dalam memimpin sebuah organisasi, hasrat yang tak kesampaian dan lain sebagainya.

Sejarah pernah menyatakan bahwa hukuman mati adalah sanksi paling ringan untuk para pengkhianat. Termasuk pula dihukum mati bersama keluarga atau koleganya yang terbukti punya peran dalam pengkhianatan. Sementara hukuman terberat: sepanjang masa namanya dijadikan sinonim untuk kata “pengkhianat”, seperti Vidkun Quisling.

Baca juga Artikel ini  Mengukur Kedewasaan Seseorang Itu Tak Cukup Dilihat dari Usianya Saja

Quisling adalah “seorang pemimpin fasis berkebangsaan Norwegia yang membantu Jerman untuk menjajah Norwegia”. Ketika Norwegia diinvasi pada 9 April 1940, yang menyebabkan Perdana Menteri Nygaardsvold (penentang Hitler) melarikan diri ke London dan membentuk “pemerintahan dalam buangan”, Quisling berpihak pada Jerman. Namanya kemudian menjadi istilah dengan arti: “Seseorang yang berkhianat dan berkomplot untuk bekerja sama dengan musuh” (Morgenthau, 2010: 712).

Usai Jerman kalah dalam Perang Dunia II, Quisling diadili dengan tuduhan pengkhianatan tingkat tinggi (high treason). Namanya lantas jadi label untuk mencemooh para pengkhianat atau kolaborator. Di Benteng Akershus ia dieksekusi oleh regu tembak. Orangnya mati, namanya tetap hidup sebagai cemoohan. Berbeda dengan orang-orang yang dibunuh karena melawan pengkhianatan negara: nama mereka tetap hidup sebagai teladan.

Baca juga Artikel ini  Mengukur Kedewasaan Seseorang Itu Tak Cukup Dilihat dari Usianya Saja

Sepertinya Quisling-quisling tetap hidup sampai akhir zaman, baik pada kehidupan maupun organisasi kita. Dan selagi masih ada pengkhiatan di dalam sebuah organisasi niscayalah organisasi tersebut mengalami keterlambatan bahkan bisa jadi tidak mengalami keberhasilan.