Banda Aceh | 1kabar.com
Temu Ramah dan Silaturahmi Ulama Syiah Iran bersama Masyarakat Aceh yang berlangsung di Hermes Hotel Banda Aceh pada 28 November 2024.
Komunitas Studi Agama dan Filsafat (KSAF) Aceh menyelenggarakan acara ini sebagai bagian dari upaya menjalin hubungan keilmuan dan ukhuwah antara ulama Syiah dari Iran dan masyarakat Aceh.
Pembicara:
1. Ayatollah Sayed Hosein Rajai – Pengajar Bahtsul Kharij Perguruan Tinggi Iran (Hauzah Ilmiyah).
2. Hojjatul Islam wal Muslimin Sayed Faris Hoseini – Pimpinan Yayasan Ahlulbait Jakarta.
3. Sayed Mojtaba Faqih – Salah satu tokoh ulama Syiah.
Para ulama membahas keutamaan Sayidah Fatimah Az-Zahra as, putri Nabi Muhammad SAW, yang memiliki peran penting dalam mewarisi kemuliaan Islam. Beberapa keutamaan yang disampaikan antara lain:
1. As-Shiddiqah – Perempuan terpercaya, selalu jujur dan konsisten antara ucapan dan perbuatannya.
2. Al-Mubarakah – Yang diberkahi Allah, sebagai sumber keberkahan dalam keturunannya.
3. At-Tahirah – Perempuan suci, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Ahzab ayat 33.
4. Al-Bathuul – Yang memusatkan perhatian pada ibadah.
5. Al-Mardhiyyah – Yang diridhai oleh Allah, meski hidupnya penuh ujian.
Acara ini diakhiri dengan doa bersama dan sesi foto para ulama dengan para hadirin sebagai bentuk kenangan dan ukhuwah.
Acara ini mendapat respons positif dari masyarakat Aceh yang hadir, menunjukkan antusiasme mereka terhadap pembahasan keutamaan Ahlul Bait Nabi SAW.
Hubungan antara Aceh dan Persia memiliki akar sejarah yang panjang, terutama dalam bidang agama, budaya, dan perdagangan. Berikut adalah beberapa poin penting yang menggambarkan hubungan historis tersebut:
1. Pengaruh Agama dan Ahlul Bait
Mazhab Syiah Awal di Nusantara: Pada masa awal penyebaran Islam di Nusantara, termasuk Aceh, pengaruh Persia (Iran) sangat kuat. Hal ini terlihat dari beberapa elemen keagamaan, seperti penghormatan kepada Ahlul Bait Nabi Muhammad SAW.
Tradisi Tabut: Tradisi memperingati Asyura (Tabut) yang ditemukan di Aceh dan beberapa wilayah lain di Indonesia diyakini berasal dari budaya Persia, yang mencerminkan penghormatan terhadap Imam Husain as, cucu Nabi Muhammad SAW.
2. Hubungan Perdagangan dan Diplomasi
Jalur Perdagangan: Persia adalah salah satu kekuatan utama di jalur perdagangan Samudera Hindia pada abad ke-13 hingga ke-16. Para pedagang Persia sering singgah di pelabuhan Aceh yang strategis, menjalin hubungan dagang dengan masyarakat setempat.
Pengaruh Budaya Persia: Kontak dagang ini membawa pengaruh budaya Persia ke Aceh, termasuk dalam arsitektur, seni, sastra, dan kuliner.
3. Sastra dan Bahasa
Pengaruh Sastra Persia: Karya sastra di Aceh, seperti Hikayat Perang Sabil dan syair-syair sufistik, memiliki kemiripan dengan karya-karya Persia. Nama-nama seperti Jalaluddin Rumi atau Hafiz juga dikenal di kalangan intelektual Aceh.
Bahasa: Beberapa kosa kata dalam bahasa Melayu dan Aceh memiliki asal-usul Persia, terutama dalam istilah keagamaan dan sufistik.
4. Hubungan Keilmuan
Sufi dan Ulama Persia: Banyak ulama Persia yang bermigrasi ke wilayah Aceh untuk menyebarkan ajaran Islam. Mereka juga memperkenalkan filsafat dan sufisme yang bercorak Persia.
Peran Kesultanan Aceh: Kesultanan Aceh, di bawah kepemimpinan sultan seperti Sultan Iskandar Muda, menjalin hubungan erat dengan dunia Islam, termasuk Persia, sebagai pusat intelektual Muslim.
5. Tradisi Kesenian dan Budaya
Seni Kaligrafi: Kaligrafi di Aceh banyak dipengaruhi oleh gaya Persia, terutama dalam seni ukir dan manuskrip.
Arsitektur: Masjid dan makam-makam di Aceh menampilkan elemen desain Persia, seperti kubah dan ornamen geometris.
Hubungan Aceh dan Persia tidak hanya terbatas pada aspek perdagangan, tetapi juga meluas ke bidang agama, budaya, dan intelektual. Warisan hubungan ini masih dapat dirasakan hingga kini, baik dalam tradisi keislaman Aceh maupun budaya masyarakatnya. (SM)