Opini

Lahir Ditolong Orang, Mati Digotong Orang, Lantas Apa yang Kau Sombongkan?

175
×

Lahir Ditolong Orang, Mati Digotong Orang, Lantas Apa yang Kau Sombongkan?

Sebarkan artikel ini
Caption : penulis Chaidir Toweren, SE., KJE

Oleh: Chaidir Toweren

1kabar.com

Dalam hidup ini, manusia sering kali lupa dari mana ia berasal dan ke mana akan kembali. Padahal, sejak detik pertama kita menghirup udara di dunia, semua sudah menunjukkan bahwa manusia bukanlah makhluk yang mampu berdiri sendiri. Kita lahir ditolong bidan atau dokter, dibersihkan, dibedung, dan disusui. Tak ada satu pun manusia yang bisa mengatakan, “Aku lahir karena usahaku sendiri.” Bahkan tangisan pertama pun terjadi bukan karena kesadaran, tapi karena kodrat.

Namun, seiring bertambahnya usia dan kekuasaan, manusia mulai kehilangan kesadarannya sebagai makhluk sosial dan spiritual. Ia merasa bisa segalanya, lupa daratan, bahkan merasa lebih tinggi dari sesamanya. Padahal, sehebat apa pun seseorang, ketika ajal menjemput, ia pun akan digotong orang lain menuju liang kubur. Tak ada jabatan yang mampu menolak kematian, tak ada harta yang bisa menebus napas terakhir.

Baca juga Artikel ini  "Kuat Dugaan Penyimpangan, Alamp Aksi Ultimatum KPK Usut Proyek Jalan Mangkrak di Aceh"

Kesombongan sering tumbuh dari rasa memiliki  seolah dunia ini milik pribadi. Padahal, semuanya hanya titipan. Pangkat, kekuasaan, popularitas, bahkan tubuh kita sendiri hanyalah pinjaman sementara. Ironisnya, semakin tinggi seseorang naik, semakin besar pula potensi ia lupa bahwa tanah tempat berpijak adalah sama untuk semua orang.

Baca juga Artikel ini  Perlindungan Wartawan di Indonesia Diatur oleh Beberapa Regulasi dan Lembaga

Pepatah bijak mengatakan, “Semakin berisi padi, semakin merunduk.” Tetapi hari ini, banyak yang justru menegakkan kepala lebih tinggi dari isi hati dan nurani. Mereka lupa bahwa hidup hanyalah perjalanan singkat antara pangkuan ibu dan liang lahat. Di antaranya hanya ada kesempatan untuk berbuat baik, membantu sesama, dan menjadi manusia yang berguna.

Apa yang patut disombongkan, jika segala sesuatu yang kita banggakan hanyalah fana? Mobil mewah hanya akan ditinggal di halaman rumah saat jasad kita terbujur kaku. Jabatan hanya tinggal nama di batu nisan. Dan semua pujian dunia akan hilang seiring waktu, digantikan dengan doa atau mungkin kenangan pahit dari mereka yang pernah kita sakiti.

Baca juga Artikel ini  Panitia Dilarang Kutip Biaya Pencalonan Imum Mukim: Praktik Pungutan Liar Akan Dihadapi Sanksi Tegas

Maka, sebelum waktu habis, berhentilah merasa lebih. Rendahkan hati, sebab semua yang tinggi akan direndahkan oleh waktu. Kita lahir ditolong orang, mati digotong orang

maka di antara dua peristiwa itu, berbuatlah agar kehadiran kita menjadi pertolongan bagi orang lain. Sebab itulah satu-satunya kebanggaan yang abadi.

Redelong 15 Oktober 2025